Rabu, 12 September 2012

Rastafarian


Rastafarian



Para kaum perempuan sebelumnya telah memainkan berbagai peranan yang lebih penting di dalam gerakan Rastafari, yang dijalankan sejak akhir abad ke-20. Pada tahun-tahun awalnya, kaum perempuan yang sedang datang bulan harus takluk kepada suami mereka dan dikeluarkan dari upacara-upacara keagamaan dan sosial. Pada umumnya, kaum perempuan merasakan kebebasan yang lebih besar sekarang dalam mengungkapkan diri mereka. Dengan demikian mereka pun menyumbangkan peranan yang lebih besar pula kepada agama ini.
Perlu kita ketahui bersama, Rastafari bukanlah sebuah agama yang sangat terorganisasi. Bahkan, sebagian kaum Rasta mengatakan bahwa itu sama sekali bukan "agama", melainkan suatu "jalan Kehidupan". Kebanyakan kaum Rasta tidak mengidentifikasikan dirinya dengan sekte atau denominasi apapun, meskipun ada tiga istana Rastafari yang terkemuka, antara lain : "Nyahbinghi, Bobo Ashanti dan Kedua belas Suku Israel". Dengan mengklaim Yah sebagai Yesus yang datang kedua kalinya, Rastafari adalah sebuah gerakan agama baru yang muncul dari agama Kristen, seperti halnya agama Krsiten muncul dari Yudaisme. Hingga pada tahun 1996, gerakan Rastafari di seluruh dunia mulai mendapatkan status konsultatif dari Perserikatan Bangsa-bangsa.

Kaum Rastafari >>
Gerakan Rastafari percaya bahwa akhir zaman dimulai dengan penobatan Haile Selassie sebagai Kaisar Ethiopia pada 1930, dan bahwa ia akan segera menyatakan dirinya sebagai Allah. Kaum Rastafarian mempunyai suatu penafsiran yang unik tentang akhir zaman, yang didasarkan pada Perjanjian Lama dan Kitab Wahyu. Mereka percaya Kaisar Haile Selassie dari Ethiopia adalah Allah yang menjelma, Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan yang disebutkan dalam Wahyu 5:5. Sementara di satu pihak penobatan Selassie dipandang sebagai kedatangan Kristus yang kedua kali, dan kejadian-kejadian seperti misalnya Perang Italia-Ethiopia Kedua dipandang sebagai penggenapan atas nubuat-nubuat Alkitab dan khususnya Wahyu, ada juga pengharapan bahwa Selassie akan menyerukan hari penghakiman, ketika ia membawa pulang anak-anak Israel yang telah hilang (kaum kulit hitam yang dibawa keluar dari Afrika pada masa perdagangan budak) untuk hidup bersamanya dalam perdamaian, cinta-kasih dan keserasian yang sempurna di Bukit Sion di Afrika. Bukit Sion bukanlah sebuah tempat, tetapi kaum Rasta percaya bahwa mereka akan hidup di sana bersama Selassie dalam pengertian fisik. Di sana mereka tidak akan pernah mati.

Rasta, atau Gerakan Rastafari, adalah sebuah gerakan agama baru yang mengakui Haile Selassie I, bekas kaisar Ethiopia, sebagai Raja diraja, Tuan dari segala Tuan dan Singa Yehuda sebagai Yah (nama Rastafari untuk Allah, yang merupakan bentuk singkat dari Yehovah yang ditemukan dalam Mazmur 68:4 dalam Alkitab versi Raja James), dan bagian dari Tritunggal Kudus. Nama Rastafari berasal dari Ras Täfäri, nama Haile Selassie I sebelum ia dinobatkan menjadi kaisar. Gerakan ini muncul di Jamaika di antara kaum kulit hitam kelas pekerja dan petani pada awal tahun 1930-an, yang berasal dari suatu penafsiran terhadap nubuat Alkitab, aspirasi sosial dan politik kulit hitam, dan ajaran nabi mereka, seorang penerbit dan organisator Jamaika kulit hitam, Marcus Garvey, yang visi politik dan budayanya ikut menolong menciptakan suatu pandangan dunia yang baru.
Gerakan ini kadang-kadang disebut "Rastafarianisme" namun hal ini dianggap tidak pantas dan menyinggung perasaan banyak kaum Rasta. Gerakan Rastafari telah menyebar di berbagai tempat didunia, terutama melalui imigrasi dan minatnya dilahirkan oleh musik Nyahbinghi dan reggae —khususnya musik Bob Marley, yang dibaptiskan dengan nama Berhane Selassie (Cahaya Tritunggal) oleh Gereja Ortodoks Ethiopia sebelum ia meninggal, sebuah langkah yang juga diambil belakangan oleh jandanya, Rita. Pada tahun 2000, ada lebih dari satu juta Rastafari di seluruh dunia. Sekitar 5-10% dari penduduk Jamaika mengidentifikasikan dirinya sebagai Rastafari. Kebanyakan kaum Rastafari vegetarian atau hanya memakan jenis-jenis daging tertentu. Di AS ada banyak sekali restoran vegetarian Hindia Barat, yang menyediakan makanan Jamaika.

Doktrin >>
Rastafari banyak berkembang di antara penduduk yang sangat miskin, yang merasa bahwa masyarakat tidak mau menolong mereka kecuali membuat mereka menjadi lebih menderita. Kaum Rasta memandang diri mereka sebagai penggenap suatu visi tentang bagaimana orang Afrika harus hidup. Mereka berusaha merebut kembali apa yang mereka anggap sebagai kebudayaan yang telah dicuri dari mereka ketika dibawa di kapal-kapal budak ke Jamaika, tempat lahir gerakan ini.
Doktrin Rastafari sangat berbeda dengan norma-norma pikiran dunia barat modern. Hal ini disengaja oleh kaum Rasta sendiri. Berbeda dengan banyak kelompok keagamaan modern dan Kristen yang cenderung menekankan konformitas dengan "kekuasaan yang ada", Rastafari sebaliknya menekankan kesetiaan kepada konsep mereka tentang "Zion" dan penolakan masyarakat modern ("Babel"). "Babel" dalam hal ini dianggap memberontak terhadap "Penguasa Dunia Sejati" (YAH) sejak zaman Nimrod.
"Cara hidup ini" tidak sekadar diberikan makna intelektual, atau "keyakinan" seperti yang biasa diistilahkan, melainkan ini adalah masalah mengetahui atau menemukan identitas sejati diri sendiri. Mengikut dan menyembah YAH Rastafari berarti menemukan, menyebarkan dan "menempuh" jalan di mana orang telah dilahirkan dengan sebenarnya. Kepercayaan ini sulit dikategorikan, karena Rastafari bukanlah suatu organisasi yang tersentralisasi. Masing-masing Rastafari mencari kebenaran untuk dirinya sendiri, sehingga akibatnya terdapat berbagai keyakinan yang masuk ke bawah payung besar bernama Rastafari.

Afrosentrisme >>
Secara sosial, Rastafari adalah suatu tanggapan terhadap penyangkalan rasialis terhadap orang-orang kulit hitam sebagaimana yang dialami di Jamaika, ketika pada tahun 1930-an orang-orang kulit hitam berada pada tingkat tatanan sosial paling bawah, sementara orang-orang kulit putih dan agama mereka (umumnya Kristen) berada di paling atas. Anjuran Marcus Garvey agar orang-orang kulit hitam bangga akan diri mereka dan warnisan mereka mengilhami kaum Rasta untuk memeluk segala sesuatu yang bersifat Afrika. Mereka mengajarkan bahwa mereka dicuci otak ketika berada dalam tawanan untuk menyangkal segala sesuatu yang berkaitan dengan kulit hitam dan Afrika. Mereka membalikkan citra rasialis mereka dan menganggapnya primitif dan langsung dari hutan dan malah merangkulnya -- meskipun itu berlawanan -- dan menjadikan konsep-konsep ini sebagai bagian dari budaya Afrika yang mereka anggap telah dicuri dari mereka ketika mereka dibawa dari Afrika di kapal-kapal budak. Dekat dengan alam dan dengan savana Afrika serta singa-singanya, di dalam roh, kalau bukan secara badani, adalah gagasan sentral mereka tentang budaya Afrika.
Hidup dekat dengan alam dan menjadi bagian dari alam dianggap sebagai sifat Afrika. Pendekatan Afrika terhadap "hidup dekat alam" ini terlihat dalam rambut gimbal, ganja (marijuana), makanan ital, dan dalam segala aspek kehidupan Rasa. Mereka membenci pendekatan (atau, seperti yang mereka pahami, non-pendekatan) modern terhadap kehidupan karena dianggap tidak alamiah dan terlalu objektif dan menolak subjektivitas. Kaum Rasta mengatakan bahwa para ilmuawn berusaha menemukan bagaimana dunia kelihatan dari luar, sementara kaum Rasa mendekatinya dengan melihat kehidupan dari dalam ke luar. Individu mendapatkan kedudukan sangat penting dalam Rastafari, dan setiap Rasta harus mencari kebenaran untuk dirinya sendiri.
Identifikasi Afrosentris penting lainnya adalah warna merah, emas, dan hijau, dari warna bendera Ethiopia. Warna-warna ini adalah lambang gerakan Rastafari, dan kesetiaan kaum Rasa terhadap Haile Selassie, Ethiopia, dan Africa dan bukan kepada negara modern manapun di mana mereka kebetulan tinggal. Warna-warna ini seringkali terlihat dalam pakaian dan hiasan-hiasan lainnya. Merah melambangkan darah para martir, hijau melambangkan tetumbuhan Afrika, sementara emas melambangkan kekayaan dan kemakmuran yang ditawarkan Afrika. (Sebaliknya, sejumlah pakar Ethiopia menyatakan bahwa warna-warna ini berasal dari pepatah lama y ang mengatakan bahwa sabuk Perawan Maria adalah pelangi, dan bahwa warna merah, emas, dan hijau melambangkan semuanya ini.
Banyak dari pemeluk Rastafari berusaha mempelajari bahasa Amharik, yang mereka anggap sebagai bahasa aslinya, karena inilah bahasa yang dipergunakan Haile Selassie I, dan untuk mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang Ethiopia—meskipun pada praktiknya kebanyakan pemeluk Rasta tetap berbahasa Inggris atau bahasa kelahiran mereka. Ada pula lagu-lagu reggae yang ditulis dalam bahasa Amharik.

Source: Berbagai sumber

Sejarah Dreadlock Atau Rambut Gimbal

Sejarah Dreadlock Secara Lengkap Dan Panjang

Dreadlock merupakan fenomena universal. Spiritualist dari semua kepercayaan dengan latar belakangnya memasukan kedalam jalur ajarannya dengan tidak memperdulikan penampilan fisik dari individu penganut kepercayaan tersebut. Para pendatang terkadang tidak menyisir dan memotong rambutnya atau bahkan sebaliknya dengan menutup rambutnya. Disinilah bagaimana dreadlocks lahir.
Orang Nazaret adalah masyarakat yang paling mengerti dalam mengembangkan dreadlocks. Di timur, Yogis, Gyanis dan Tapasvis dari semua sekte adalah pembawa dreadlocks yang terkenal.
Dreadlocks kemudian secara universal merupakan simbol spiritual dengan pengertian bahwa penampilan fisik tidak penting. Dreadlocks tidak hanya sekedar simbol pernyataan yang tidak memperdulikan penampilan fisik individu. Tradisi orang barat dan timur percaya bahwa energi jasmani, mental dan spiritual keluar melalui bagian atas tubuh kita, melalui kepala dan rambut; yang dapat menjaga seseorang menjadi lebih kuat dan sehat.
Contoh dari tradisi masyarakat barat adalah cerita kitab suci “Samson” yang tak terkalahkan, namun ketika Delilah memotong “7 locks” dari rambutnya, pada akhirnya Samson dapat terkalahkan. Pada cerita India klasik, para pelajar rohani spiritual yang dengan kepercayaannya pada kitab suci injil, mereka menjadikan dreadlocks sebagai pemecah kesombongan dari penampilan fisik antar mereka dan menolong mereka dalam perkembangan kekuatan jasmani, mental dan spiritual.
Ketika dunia masuk kedalam era industri, dreadlocks sudah dapat dilihat dimana-mana selain India . Pada abad ke 20, pergerakan sosial-agama bermulai di Harlem New York oleh Marcus Garvey, menemukan antusiasisme dreadlocks diantara populasi masyarakat negro di Jamaica . Group ini mengambil pengaruh dari 3 sumber utama, yaitu: Perjanjian Lama dan Baru dari Alkitab, Budaya Suku Afrika dan Budaya Hindu yang dapat menembus serangan budaya di Hindia barat.
Pengikut dreadlocks menyebut diri mereka “Dreads”, menandakan mereka mempunyai dread, takut dan respek kepada Tuhan. Dengan referensi yang berasal dari agama Hindu dan Kristen. Rambut “dread” yang tumbuh matted locks (kusut dan terbentuk knot) kemudian oleh masyarakat dunia disebut “Dreadlocks” – model rambut para dread.
Perkembangan selanjutnya, para dread lebih fokus kepada Kaisar Ethiopia Ras Tafari, Haile Selassie dan melalui dialah muncul penganut rastafari, “Rastafarians” . Di awal 1900-an, dreadlocks diambil alih oleh penganut rastafari sebagai tambahan terhadap fungsi asli agama dan arti pentingnya spiritual sebagai simbol potensi sosial yang baik. Saat ini dreadlocks merupakan hal yang sungguh-sungguh spiritual, natural dan supernatural power dan sebagai pernyataan anti kekerasan, keselarasan, kebersamaan dan dapat saling bersosialisasi serta solidaritas antar sesama tanpa menekan minoritas.
Selain Bob Marley dan Jamaika, rambut gimbal atau lazim disebut “dreadlocks” menjadi titik perhatian dalam fenomena reggae. Saat ini dreadlock selalu diidentikkan dengan musik reggae, sehingga secara kaprah orang menganggap bahwa para pemusik reggae yang melahirkan gaya rambut bersilang-belit (locks) itu. Padahal jauh sebelum menjadi gaya , rambut gimbal telah menyusuri sejarah panjang.
Konon, rambut gimbal sudah dikenal sejak tahun 2500 SM. Sosok Tutankhamen, seorang fir’aun dari masa Mesir Kuno, digambarkan memelihara rambut gimbal. Demikian juga Dewa Shiwa dalam agama Hindu. Secara kultural, sejak beratus tahun yang lalu banyak suku asli di Afrika , Australia dan New Guinea yang dikenal dengan rambut gimbalnya. Di daerah Dieng, Wonosobo hingga kini masih tersisa adat memelihara rambut gimbal para balita sebagai ungkapan spiritualitas tradisional.
Membiarkan rambut tumbuh memanjang tanpa perawatan, sehingga akhirnya saling membelit membentuk gimbal, memang telah menjadi bagian praktek gerakan-gerakan spiritualitas di kebudayaan Barat maupun Timur. Kaum Nazarit di Barat, dan para penganut Yogi, Gyani dan Tapasvi dari segala sekte di India, memiliki rambut gimbal yang dimaksudkan sebagai pengingkaran pada penampilan fisik yang fana, menjadi bagian dari jalan spiritual yang mereka tempuh. Selain itu ada kepercayaan bahwa rambut gimbal membantu meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan mental-spiritual dan supernatural. Keyakinan tersebut dilatari kepercayaan bahwa energi mental dan spiritual manusia keluar melalui ubun-ubun dan rambut, sehingga ketika rambut terkunci belitan maka energi itu akan tertahan dalam tubuh.
Seiring dimulainya masa industrial pada abad ke-19, rambut gimbal mulai sulit diketemukan di daerah Barat. Sampai ketika pada tahun 1914 Marcus Garvey memperkenalkan gerakan religi dan penyadaran identitas kulit hitam lewat UNIA, aspek spiritualitas rambut gimbal dalam agama Hindu dan kaum tribal Afrika diadopsi oleh pengikut gerakan ini. Mereka menyebut diri sebagai kaum “Dread” untuk menyatakan bahwa mereka memiliki rasa gentar dan hormat (dread) pada Tuhan. Rambut gimbal para Dread iniah yang memunculkan istilah dreadlocks—tatanan rambut para Dread. Saat Rastafarianisme menjadi religi yang dikukuhi kelompok ini pada tahun 1930-an, dreadlocks juga menjelma menjadi simbolisasi sosial Rasta (pengikut ajaran Rastafari).
Simbolisasi ini kental terlihat ketika pada tahun 1930-an Jamaika mengalami gejolak sosial dan politik. Kelompok Rasta merasa tidak puas dengan kondisi sosial dan pemerintah yang ada, lantas membentuk masyarakat tersendiri yang tinggal di tenda-tenda yang didirikan diantara semak belukar. Mereka memiliki tatanan nilai dan praktek keagamaan tersendiri, termasuk memelihara rambut gimbal. Dreadlocks juga mereka praktekkan sebagai pembeda dari para “baldhead” (sebutan untuk orang kulit putih berambut pirang), yang mereka golongkan sebagai kaum Babylon —istilah untuk penguasa penindas. Pertengahan tahun 1960-an perkemahan kelompok Rasta ditutup dan mereka dipindahkan ke daerah Kingston , seperti di kota Trench Town dan Greenwich, tempat dimana musik reggae lahir pada tahun 1968.
Ketika musik reggae memasuki arus besar musik dunia pada akhir tahun 1970-an, tak pelak lagi sosok Bob Marley dan rambut gimbalnya menjadi ikon baru yang dipuja-puja. Dreadlock dengan segera menjadi sebuah trend baru dalam tata rambut dan cenderung lepas dari nilai spiritualitasnya. Apalagi ketika pada tahun 1990-an, dreadlocks mewarnai penampilan para musisi rock dan menjadi bagian dari fashion dunia. Dreadlock yang biasanya membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk terbentuk, sejak saat itu bisa dibuat oleh salon-salon rambut hanya dalam lima jam! Aneka gaya dreadlock pun ditawarkan, termasuk rambut aneka warna dan “dread perms” alias gaya dreadlock yang permanen.
Meski cenderung lebih identik dengan fashion, secara mendasar dreadlock tetap menjadi bentuk ungkap semangat anti kekerasan, anti kemapanan dan solidaritas untuk kalangan minoritas tertindas.
Semoga setelah membaca artikel tentang Sejarah Dreadlock  diatas bisa memberikan pengetahuan apa dan bagaimana cerita dari Dreadlock, dan tidak lupa selalu sya ucapkan terimakasih telah mengunjungi blog saya, salam damai selalu,,

Sejarah Bob Marley

SEJARAH BOB MARLEY


Dia Terlahir dengan nama Robert Nesta Marley pada Februari 1945 di St. Ann, Jamaika, Bob Marley berayahkan seorang kulit putih dan ibu kulit hitam. Pada tahun 1950-an Bob beserta keluarganya pindah ke ibu kota Jamaika, Kingston. Di kota inilah obsesinya terhadap musik sebagai profesi menemukan pelampiasan. Waktu itu Bob Marley banyak mendengarkan musik R&B dan soul, yang kemudian hari menjadi inspirasi irama reggae, melalui siaran radio Amerika. Selain itu di jalanan Kingston dia menikmati hentakan irama Ska dan Steadybeat dan kemudian mencoba memainkannya sendiri di studio-studio musik kecil di Kingston.

Bersama Peter McIntosh dan Bunny Livingston, Bob membentuk The Wailing Wailers yang mengeluarkan album perdana di tahun 1963 dengan hit “Simmer Down”. Lirik lagu mereka banyak berkisah tentang “rude bwai” (rude boy), anak-anak muda yang mencari identitas diri dengan menjadi berandalan di jalanan Kingston. The Wailing Wailers bubar pada pertengahan 1960-an dan sempat membuat penggagasnya patah arang hingga memutuskan untuk berkelana di Amerika. Pada bulan April 1966 Bob kembali ke Jamaika, bertepatan dengan kunjungan HIM Haile Selassie I —raja Ethiopia– ke Jamaika untuk bertemu penganut Rastafari. Kharisma sang raja membawa Bob menjadi penghayat ajaran Rastafari pada tahun 1967, dan bersama The Wailer, band barunya yang dibentuk setahun kemudian bersama dua personil lawas Mc Intosh dan Livingston, dia menyuarakan nilai-nilai ajaran Rasta melalui reggae. Penganut Rastafari lantas menganggap Bob menjalankan peran profetik sebagaimana para nabi, menyebarkan inspirasi dan nilai Rasta melalui lagu-lagunya.

The Wailers bubar di tahun 1971, namun Bob segera membentuk band baru bernama Bob Marley and The Wailers. Tahun 1972 album Catch A Fire diluncurkan. Menyusul kemudian Burning (1973–berisi hits “Get Up, Stand Up” dan “ I Shot the Sheriff” yang dipopulerkan Eric Clapton), Natty Dread (1975), Rastaman Vibration (1976) dan Uprising (1981) yang makin memantapkan reggae sebagai musik mainstream dengan Bob Marley sebagai ikonnya.

Pada tahun 1978, Bob Marley menerima Medali Perdamaian dari PBB sebagai penghargaan atas upayanya mempromosikan perdamaian melalui lagu-lagunya. Sayang, kanker mengakhiri hidupnya pada 11 Mei 1981 saat usia 36 tahun di ranjang rumah sakit Miami, AS, seusai menggelar konser internasional di Jerman. Sang Nabi kaum Rasta telah berpulang, namun inspirasi humanistiknya tetap mengalun sepanjang zaman.

One Love! One Heart!
Lets get together and feel all right.
Hear the children cryin (One Love!);
Hear the children cryin (One Heart!)
(One Love / People Get Ready)

Dreadlock
Selain Bob Marley dan Jamaika, rambut gimbal atau lazim disebut “dreadlocks” menjadi titik perhatian dalam fenomena reggae. Saat ini dreadlock selalu diidentikkan dengan musik reggae, sehingga secara kaprah orang menganggap bahwa para pemusik reggae yang melahirkan gaya rambut bersilang-belit (locks) itu. Padahal jauh sebelum menjadi gaya, rambut gimbal telah menyusuri sejarah panjang.

Konon, rambut gimbal sudah dikenal sejak tahun 2500 SM. Sosok Tutankhamen, seorang fir’aun dari masa Mesir Kuno, digambarkan memelihara rambut gimbal. Demikian juga Dewa Shiwa dalam agama Hindu. Secara kultural, sejak beratus tahun yang lalu banyak suku asli di Afrika, Australia dan New Guinea yang dikenal dengan rambut gimbalnya. Di daerah Dieng, Wonosobo hingga kini masih tersisa adat memelihara rambut gimbal para balita sebagai ungkapan spiritualitas tradisional.

Membiarkan rambut tumbuh memanjang tanpa perawatan, sehingga akhirnya saling membelit membentuk gimbal, memang telah menjadi bagian praktek gerakan-gerakan spiritualitas di kebudayaan Barat maupun Timur. Kaum Nazarit di Barat, dan para penganut Yogi, Gyani dan Tapasvi dari segala sekte di India, memiliki rambut gimbal yang dimaksudkan sebagai pengingkaran pada penampilan fisik yang fana, menjadi bagian dari jalan spiritual yang mereka tempuh. Selain itu ada kepercayaan bahwa rambut gimbal membantu meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan mental-spiritual dan supernatural. Keyakinan tersebut dilatari kepercayaan bahwa energi mental dan spiritual manusia keluar melalui ubun-ubun dan rambut, sehingga ketika rambut terkunci belitan maka energi itu akan tertahan dalam tubuh.

Seiring dimulainya masa industrial pada abad ke-19, rambut gimbal mulai sulit diketemukan di daerah Barat. Sampai ketika pada tahun 1914 Marcus Garvey memperkenalkan gerakan religi dan penyadaran identitas kulit hitam lewat UNIA, aspek spiritualitas rambut gimbal dalam agama Hindu dan kaum tribal Afrika diadopsi oleh pengikut gerakan ini. Mereka menyebut diri sebagai kaum “Dread” untuk menyatakan bahwa mereka memiliki rasa gentar dan hormat (dread) pada Tuhan. Rambut gimbal para Dread iniah yang memunculkan istilah dreadlocks—tatanan rambut para Dread. Saat Rastafarianisme menjadi religi yang dikukuhi kelompok ini pada tahun 1930-an, dreadlocks juga menjelma menjadi simbolisasi sosial Rasta (pengikut ajaran Rastafari).

Simbolisasi ini kental terlihat ketika pada tahun 1930-an Jamaika mengalami gejolak sosial dan politik. Kelompok Rasta merasa tidak puas dengan kondisi sosial dan pemerintah yang ada, lantas membentuk masyarakat tersendiri yang tinggal di tenda-tenda yang didirikan diantara semak belukar. Mereka memiliki tatanan nilai dan praktek keagamaan tersendiri, termasuk memelihara rambut gimbal. Dreadlocks juga mereka praktekkan sebagai pembeda dari para “baldhead” (sebutan untuk orang kulit putih berambut pirang), yang mereka golongkan sebagai kaum Babylon—istilah untuk penguasa penindas. Pertengahan tahun 1960-an perkemahan kelompok Rasta ditutup dan mereka dipindahkan ke daerah Kingston, seperti di kota Trench Town dan Greenwich, tempat dimana musik reggae lahir pada tahun 1968.

Ketika musik reggae memasuki arus besar musik dunia pada akhir tahun 1970-an, tak pelak lagi sosok Bob Marley dan rambut gimbalnya menjadi ikon baru yang dipuja-puja. Dreadlock dengan segera menjadi sebuah trend baru dalam tata rambut dan cenderung lepas dari nilai spiritualitasnya. Apalagi ketika pada tahun 1990-an, dreadlocks mewarnai penampilan para musisi rock dan menjadi bagian dari fashion dunia. Dreadlock yang biasanya membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk terbentuk, sejak saat itu bisa dibuat oleh salon-salon rambut hanya dalam lima jam! Aneka gaya dreadlock pun ditawarkan, termasuk rambut aneka warna dan “dread perms” alias gaya dreadlock yang permanen.

Meski cenderung lebih identik dengan fashion, secara mendasar dreadlock tetap menjadi bentuk ungkap semangat anti kekerasan, anti kemapanan dan solidaritas untuk kalangan minoritas tertindas.

Kapten Norval Sinclair Marley adalah seseorang yang berperawakan kecil. Ia adalah seorang pengawas tanah perusahaan Crown Lands, milik Pemerintahan Inggris yang telah menjajah Jamaika sejak tahun 1660-an yang terletak sebelah utara pulau itu. Pangkat yang disandangnya ia dapat saat menjadi komandan markas di Resimen British Hindia Barat. Suatu saat ia bertemu dengan Cendella, seorang wanita pribumi yang telah mamikat hatinya pada saat dia sedang berkunjung ke distrik Nine Miles. Hubungan mereka menjadi pergunjingan warga setempat karena ras.

Pada Mei 1944 cedella mengejutkan keluarganya karena hamil. Sehingga pada hari jumat dilaksanakanlah pernikahan antara Norval dengan Cendella dan sehari setelah pernikahan mereka, Cendella diungsikan ke Kingston agar tidak tercorek namanya sebagai ahli waris keluarganya.

Dan akhirnya Cendella melahirkan seorang anak yang diberi nama Robert Nesta Marley yang lahir pada pukul 2.30, Rabu Februari 1945 dengan bobot enam setengan pon (3.25 kg) di Nine Miles. Konon pada malam kelahirannya, banyak orang melihat beberapa meteor jatuh, yang menurut keyakinannya akan lahir seorang tokoh besar.

Pada tahun 1950 Cendella pindah ke Trench Town – Kingston. Marley mulay berinteraksi dengan geng-geng jalanan yang kemudian berlanjut menjadi gerombolan bernama “The Rudeboys. Walaupun berperawakan kecil seperti ayahnya, tapi karena kekuatannya ia dijuluki “Tuff Gong”.

Setelah Marley drop out dari sekolahnya ia mulai tertarik dengan musik. Pada awal 1962 Bob Marley, Bunny Livingstone, Peter Mcintosh, Junior Braithwaite, Beverley Kelso dan Cherry Smith membentuk grup ska & rocksteady dengan nama “The Teenager” yang nantinya berubah menjadi The Wailing Rudeboys dan berganti lagi menjadi The Wailing Wailer dan akhirnya menjadi The Wailers.


Pada tahun 1977, Bob Marley divonis terkena kanker kulit, namun disembunyikan dari publik. Bob Marley kembali ke Jamaica tahun 1978, dan mengeluarkan SURVIVAL pada tahun 1979 diikuti oleh kesuksesan tur keliling Eropa.

Bob Marley melakukan 2 pertunjukan di Madison Square Garden dalam rangka merengkuh warga kulit hitam di Amerika Serikat. Namun pada tanggal 21 September 1980, Bob Marley pingsan saat jogging di NYC’s Central Park. Kankernya telah menyebar sampai otak, paru-paru dan lambung. Penyanyi reggae inipun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di Miami Hospital pada 11 Mei 1981 di usia 36 tahun, dengan meninggalkan seorang istri dan 5 orang anak.

Terlihat jelas melalui sinar matahari jamaika kamu dapat memilih bagian dari dongeng tentang Marley antara lain : tentang kesedihan, cinta, pemahaman, dan Godgiven talent.
Dua dekade setelah dia meninggal, Imensitas (kebesaran) Bob Marley menempatkannya menjadi satu diantara figur-figur transenden terbesar sepanjang abad. Riak-riak yang dilakukannya menyebrang dari sungai musiknya kedalam samudera politik, etika, gaya filsfat, dan agama (Rastafaria). Bob Marley dimasukkan ke dalam Rock n Roll Hall of Fame pada tahun 1994. Majalah time memilih lagu Bob Marley & The Wailers Exodus sebagai album terbersar pada abad ke-20. pada tahun 2001 ia memenangkan Grammy Lifetime Achivement Award.

Pada tahun yang sama kemudian film documenter tentang hidupnya dibuat oleh Jeremy Marre, Rebel Music, dinominasikan untuk The Best Long Form Music Video documentary at the Grammies, serta penghargaan untuk beberapa kategori lainnya. Dengan kontribusi dari Rita, The Wailers, dan para pecintanya serta anaknya, film tersebut menceritakan tentang Marley, yang juga disertai kata-kata Marley sendiri. Pada musim panas tahun 2006, Kota New York memberikan penghargaan tersendiri bagi Bob Marley dengan memberi nama pada jalam gereja dari jalan Ramsen ke East 98th street dibagian timur Brookliyn dengan memberi nama “Marley Boulevard”. Dan masih banyak lagi penghargaan yang Bob Marley dapatkan.

Kisah hidup Bob Marley adalah sebuah arketipe, itulah kenapa karya-karyanya abadi dan terus bergema. Bob Marley berbicara tentang represi politik, wawasan metafisik dan artistic, kesejahteraan dan apa saja yang mengusiknya. “No Women No Cry” masih akan terus mengahapus air mata dari wajah seorang janda “Exodus” masih akan memunculkan ksatria, “Redemtion Song” masih akan menjadi tangisan emansipasi untuk melawan segala tirrani, “Waiting in Vaint” akan tetap menggairahkan, dan “One Love” akan terus menjadi himne internasional bagi kesatuan kemanusiaan didunia melampui batas-batas, melampui kepercayaan-kepercayaan, di mana tiap orang akan sadar dan mempelajarinya.

Bob Marley bukan hanya sekedar bintang musik yang sebagian besar rekamannya memecahkan rekor internasional, namun ia juga menjadi sebuah figure moral dan religius. Selain Bob Marley kita juga harus mengakui bahwa banyak musisi yang lebih unggul dari penemuan instrumental, gaya vocal gubahan musik, dan sebagainya.tetapi hanya Bob Marley yang dapat membuat kita melihat ribuan orang Hpi dari Mexico, Maori dari Selandia Baru bahkan komunitas-nya di Indonesia (Jogjakarta dan Bali), berkumpul tiap tahun untuk menghormatinya.

Banyak penggemarnya di seluruh dunia meniru gaya rambut dreadlocknya karena fanatic walaupun tidak sedikit pula yang meniru dreadlock Bob Marley karena terkena imbas voyeurisme, padahal sebenarnya dreadlock Bob Marley sebagai bagian dari keyakinannya akan ajran Rastafarian, dan bukan dari pengkulturan dari selebriti idolanya. Pada umumnya di Indonesia, sosok Bob Marley banyak diidentikkan dengan ganja, padahal ganja adalah ritual serta bagian dari ajaran Rastafarian dan Bob Marly adalah penganutnya. Wajar bila ia mengkonsumsi, menjadikan syair, dan menyanyikannya.



D I S K O G R A F I

  • The Wailing Wailers (1965)
    The Wailing Wailers adalah debut album oleh The Wailers diterbitkan pada Studio One label. Awalnya dirilis pada tahun 1965 sangat terlambat dan dikompilasi dari berbagai rekaman yang dibuat selama bertahun-tahun 1963-1965, mengkompilasi apa yang dianggap Coxsone Dodd Clement Wailers rekaman terbaik dari periode ini. Ini bukan album studio dalam pengertian konvensional tetapi adalah LP panjang penuh pertama dirilis kerja band. Album ini tetap di cetak sejak rilis, tapi setelah rilis pertama (yang memiliki penutup yang berbeda) setiap rilis album itu baru overdub sesuai dengan tren musik waktu. Album ini belum pernah dirilis pada CD dengan tracklisting asli atau penutup tapi semua trek (dengan dan tanpa overdub) tersedia di berbagai kompilasi yang dirilis oleh Record detak jantung pada 1990-an dan 2000-an. Foto band cover depan itu juga merupakan inspirasi bagi Walt Jabsco, logo resmi untuk 2 Tone Record, gambar diciptakan oleh Jerry Dammers dan Horace Panter dan didasarkan pada Peter Tosh (kanan).
         Studio album by The Wailers    
    Released : 1965
    Recorded : 1963–1965
    Genre : Ska
    Label : Studio One
    Producer : Clement Dodd

    TRACK :
    01. "(I Am Gonna) Put It On"
    02. "I Need You
    03. "Lonesome Feeling" (Bob Marley/Neville "Bunny" Livingston)
    04. "What's New Pussycat" (Burt Bacharach/Hal David)
    05. "One Love" (adapted by Bob Marley)
    06. "When the Well Runs Dry" (William Bell, adapted by Peter Tosh and Bunny Livingston)
    07. "Ten Commandments of Love" (Marshall Paul/Paul Woods)
    08. "Rude Boy"
    09. "It Hurts to Be Alone"
    10. "Love and Affection" (Bob Marley/Neville Livingston)
    11. "I'm Still Waiting"
    12. "Simmer Down"
              ...D O W N L O A D...





  • Soul Rebels (1970)
    Soul Rebels adalah sebuah album oleh The Wailers, album pertama mereka akan dirilis di luar Jamaika. The Wailers mendekati produser Lee Perry di Agustus 1970 untuk merekam seluruh album, dan sesi berlangsung di Randy Studio 17 di Kingston, Jamaika sampai November. Pertama diterbitkan di Inggris oleh Trojan Record pada bulan Desember 1970, album sejak dirilis telah kembali beberapa kali pada label yang berbeda. Produksi Perry adalah tipis dan menghantui, hanya menampilkan gitar, bass, drum, organ elektronik, dan vokal tanpa tanduk atau hiasan lainnya.
    Studio album by The Wailers
    Released : December 1970
    Recorded : August - November 1970
    Genre : Reggae
    Length :   33:09
    Label : Trojan
    Producer : Lee Perry

    TRACK :
    01. "Soul Rebel" - 3:22
    02. "Try Me" - 2:50
    03. "It's Alright" - 2:39
    04. "No Sympathy" - 2:18
    05. "My Cup" - 3:39
    06. "Soul Almighty" - 2:45
    07. "Rebel's Hop" - 2:43
    08. "Corner Stone" - 2:33
    09. "400 Years" - 2:37
    10. "No Water" - 2:12
    11. "Reaction" - 2:46
    12. "My Sympathy" - 2:45
              ...D O W N L O A D...





  • Soul Revolution (1971)
    Soul Revolution adalah sebuah album oleh The Wailers. Hal itu diproduksi oleh Lee "Scratch" Perry dan Bob Marley. Album ini diikuti dengan seperangkat "dub" pendamping, Soul Revolution Part II", yang adalah album asli Soul Revolution dengan menanggalkan vokal.
         Studio album by The Wailers    
    Released : 1971
    Recorded : 1969
    Genre : Reggae
    Label : Upsetter
    Producer : Lee Perry

    TRACK :
    01. "Keep On Moving"
    02. "Don't Rock My Boat"
    03. "Put It On"
    04. "Fussing & Fighting"
    05. "Duppy Conqueror"
    06. "Memphis"
    07. "Soul Rebel"
    08. "Riding High"
    09. "Kaya"
    10. "African Herbsman"
    11. "Stand Alone"
    12. "Sun Is Shining"
    13. "Brain Washing"
    14. "Mr. Brown" (aka "Dracula")
              ...D O W N L O A D...





  • Soul Revolution Part II (1971)
    Soul Revolution Part II  oleh The Wailers adalah "dub" pendamping diatur ke Soul Revolution, menjadi Soul Revolution album asli dengan menanggalkan vokal. Album ini awalnya dirilis hanya di Jamaika.
         Studio album by The Wailers    
    Released : 1971
    Recorded : 1969
    Genre : Dub reggae
    Length :   35:12
    Label : Trojan
    Producer : Lee Perry

    TRACK :
    01. "Keep On Moving"
    02. "Don't Rock My Boat"
    03. "Put It On"
    04. "Fussing & Fighting"
    05. "Duppy Conqueror"
    06. "Memphis"
    07. "Riding High"
    08. "Kaya"
    09. "African Herbsman"
    10. "Stand Alone"
    11. "Sun Is Shining"
    12. "Brain Washing"
              ...D O W N L O A D...





  • The Best of The Wailers (1971)
    The Best of The Wailers adalah sebuah album oleh The Wailers, dirilis pada bulan Agustus 1971. Meskipun judulnya, itu bukan album kompilasi. Album ini direkam di 1969-1970 (sebelum keterlibatan band dengan Lee Perry), tetapi hanya dirilis pada tahun 1971.
    Album ini diproduksi oleh Leslie Kong, yang meninggal karena serangan jantung pada usia 38 tahun, seminggu setelah album ini dirilis.
    Studio album by The Wailers
    Released : August 1971
    Recorded : 1969-70 at Dynamic Sound Studios in Kingston, Jamaica
    Genre : Reggae
    Length :   30:43
    Label Beverly's
    Producer : Leslie Kong

    TRACK :
    1. "Soul Shakedown Party"
    2. "Stop The Train"
    3. "Caution"
    4. "Soul Captives"
    5. "Go, Tell It on the Mountain"
    6. "Can't You See"
    7. "Soon Come"
    8. "Cheer Up"
    9. "Back Out"
    10. "Do It Twice"
    11. "Soul Shakedown Party" (Version) (Bonus Track on 2004 Remaster)
    12. "Soon Come" (Version) (Bonus Track on 2004 Remaster)
              ...D O W N L O A D...





  • Catch a Fire (1973)
    Catch a Fire adalah debut album label besar untuk band Jamaican reggae The Wailers, dirilis di Island Records pada tanggal 13 April 1973. Album ini didirikan sebagai superstar internasional. Pemimpin Bob Marley pada khususnya menjadi terkenal di dunia. Lirik sadar sosial dan nada militan terkejut banyak pendengar, tetapi yang lain tertarik untuk Marley dan mata pelajaran konfrontatif Peter Tosh dan pandangan optimistis tentang masa depan yang bebas dari penindasan.
    Studio album by The Wailers
    Released : 13 April 1973
    Recorded Dynamic Sound Studios, Harry J. Studios and Randy's Studios, Kingston, Jamaica; Island Studios, London, England, May-October 1972
    Genre : Reggae
    Length :   38:46
    Label : Tuff Gong/Island
    Producer : Chris Blackwell

    TRACK :
    01. "Concrete Jungle" – 4:13
    02. "Slave Driver" – 2:53
    03. "400 Years" (Peter Tosh) – 2:45
    04. "Stop That Train" (Tosh) – 3:55
    05. "Baby We've Got a Date (Rock It Baby)" – 3:57
    06. "Stir It Up" – 5:32
    07. "Kinky Reggae" – 3:37
    08. "No More Trouble" – 3:50
    09. "Midnight Ravers" – 5:08
              ...D O W N L O A D...





  • Burnin' (1973)
    Burnin' adalah album roots reggae oleh The Wailers, dirilis pada tahun 1973. Album keempat oleh Bob Marley, Peter Tosh dan Bunny Wailer (yang terakhir sebelum Tosh dan Bunny berangkat untuk karir solo dan band ini menjadi dikenal sebagai Bob Marley & The Wailers), Burnin dibuka dengan lagu tanda tangan, panggilan untuk bertindak "Get Up , stand Up" dan termasuk nada lebih konfrontatif dan militan dari catatan sebelumnya, seperti di lain standar Marley berubah menjadi # 1" Rock Blues "terkena Eric Clapton, "I Shot the Sheriff". Lagu-lagu "Duppy Conqueror", "Small Axe", "Put It On" dan "Pass It On" adalah rekaman lagu-lagu sebelumnya dirilis.
    Studio album by The Wailers
    Released : October 19, 1973
    Recorded : Harry J. Studios, Kingston, Jamaica, April 1973
    Genre : Reggae
    Length :   38:28
    Label : Tuff Gong/Island
    Producer : Chris Blackwell and The Wailers

    TRACK :
    1. "Get Up, Stand Up" (Marley/Tosh) - 3:16
    2. "Hallelujah Time" (Livingston) - 3:28
    3. "I Shot the Sheriff" (Marley) - 4:41
    4. "Burnin' and Lootin'" (Marley) - 4:15
    5. "Put It On" (Marley) - 4:00
    6.  "Small Axe" (Marley) - 4:01
    7.  "Pass It On" (Livingston) - 3:33
    8.  "Duppy Conqueror" (Marley) - 3:44
    9. "One Foundation" (Tosh) - 3:42
    10. "Rasta Man Chant" (Trad., arr. Marley/Tosh/Livingston) - 3:47
              ...D O W N L O A D...





  • Natty Dread (1974)

    Natty Dread adalah album reggae 1974 oleh Bob Marley & The Wailers. Sebuah transisi penting di Diskografi Marley, Natty Dread adalah album pertama dirilis sebagai Bob Marley & The Wailers (sebagai lawan The Wailers) dan yang pertama direkam tanpa mantan bandmates Peter Tosh dan Bunny Wailer. Itu juga merupakan album pertama yang direkam dengan Threes I-, trio vokal wanita yang termasuk istri Bob, Rita Marley, bersama dengan Marcia Griffiths dan Judy Mowatt.
    Studio album by Bob Marley & The Wailers
    Released : October 25, 1974
    Recorded : Harry J. Studios, Kingston, Jamaica, 1974
    Genre : Reggae, R&B
    Length :  38:59
    Label : Tuff Gong/Island
    Producer : Chris Blackwell and The Wailers

    TRACK :
    01. "Lively Up Yourself" (Bob Marley) – 5:11
    02. "No Woman, No Cry" (Vincent Ford) – 3:46
    03. "Them Belly Full (But We Hungry)" (Lecon Cogill/Carlton Barrett) – 3:13
    04. "Rebel Music (3 O'Clock Roadblock)" (Aston Barrett/Hugh Peart) – 6:45
    05. "So Jah Seh" (Rita Marley/Willy Francisco) – 4:27
    06. "Natty Dread" (Rita Marley/) – 3:35
    07. "Bend Down Low" (Bob Marley) – 3:22
    08. "Talkin' Blues" (Lecon Cogill/Carlton Barrett) – 4:06
    09. "Revolution" (Bob Marley) – 4:23
              ...D O W N L O A D...





  • Rastaman Vibration (1976)

    Rastaman Vibration adalah album roots reggae oleh Bob Marley & The Wailers dirilis pada tanggal 30 April 1976. Album ini sukses besar di Amerika Serikat, pertama Bob Marley rilis untuk mencapai sepuluh teratas pada tangga lagu Billboard 200 (memuncak pada No 8), di samping untuk melepaskan paling populer Marley AS tunggal ("Roots, Rock, Reggae" adalah Bob Marley hanya tunggal untuk mencapai Billboard Hot 100 chart, memuncak pada Nomor 51). Synthesizer yang menonjol di album ini, menambahkan hiasan berangin keras mengemudi sebaliknya lagu dengan unsur-unsur kuat dari gitar rock.
    Studio album by Bob Marley & The Wailers
    Released : April 30, 1976
    Recorded : Harry J. Studios, Joe Gibbs Studio, Kingston, Jamaica, late 1975–early 1976
    Genre : Reggae
    Length :   35:21
    Label Tuff Gong/Island
    Producer : Bob Marley & The Wailers

    TRACK :
    1. "Positive Vibration" (Vincent Ford) - 3:33
    2. "Roots, Rock, Reggae" (Vincent Ford) - 3:38
    3. "Johnny Was" (Rita Marley) - 3:48
    4. "Cry to Me" (Rita Marley) - 2:36
    5. "Want More" (Aston Barrett) - 4:15
    6.  "Crazy Baldhead" (Rita Marley/Vincent Ford) - 3:11
    7. "Who the Cap Fit" (Aston Barrett/Carlton Barrett) - 4:43
    8. "Night Shift" (Bob Marley) - 3:11
    9. "War" (Allen Cole/Carlton Barrett) - 3:36
    10. "Rat Race" (Rita Marley) - 2:49
    11.  "Jah Live" (Bob Marley) "BONUS TRACK"
              ...D O W N L O A D...





  • Exodus (1977)

    Exodus adalah album studio kesembilan oleh band reggae Jamaika Bob Marley & The Wailers, dirilis pada tanggal 3 Juni 1977 di Island. Banyak dari Exodus direkam di London, sementara Marley sembuh dari percobaan pembunuhan. Keberhasilan album mendorong Marley bintang internasional. Sebuah versi remaster dari Exodus dirilis pada tahun 2007, di Inggris sebagai buku panjang penuh mencatat retret Bob Marley ke pengasingan setelah upaya pembunuhan dan pembuatan album.
    Studio album by Bob Marley & The Wailers
    Released : June 3, 1977
    Recorded Harry J. Studio, Kingston, Jamaica, 1976 and Island Studios, London, January–April 1977
    Genre : Roots reggae
    Length 37:24 (Original)
    133:54 (Deluxe Edition)
    Label : Tuff Gong / Island
    Producer : Bob Marley & The Wailers

    TRACK :
    01. "Natural Mystic"- 3:28
    02. "So Much Things to Say" - 3:08
    03. "Guiltiness" – 3:20
    04. "The Heathen" – 2:32
    05. "Exodus" – 7:39
    06. "Jamming" – 3:31
    07. "Waiting in Vain" – 4:15
    08. "Turn Your Lights Down Low" – 3:39
    09. "Three Little Birds" - 3:00
    10. "One Love/People Get Ready" – 3:19
              ...D O W N L O A D...





  • Kaya (1978)

    Kaya adalah album roots reggae yang dirilis oleh Bob Marley dan Wailers pada tahun 1978. Album ini terdiri dari lagu yang direkam bersama mereka yang hadir di album Exodus pada tahun 1977. Album ini memiliki, suara sangat santai, kurang banyak kualitas militan "The Wailers" lirik dan musik. Mereka menerima kritik sebagai akibat dari album suara umum serta tema: lagu terutama berputar di sekitar cinta, serta ganja.
    Rilis album bertepatan dengan One Love Peace Concert, kembali menggembar-gemborkan kemenangan Marley ke Jamaika dari exodus di London. Banyak dari lagu-lagu ini di album ini, serta adik Keluaran album nya, adalah versi rerecorded trek tua hadir pada album seperti African Herbsman. Lagu terkenal dari album ini termasuk "Is This Love" dan "Sun  is Shining". Kaya mencapai lima besar di tangga album Inggris.
    Studio album by Bob Marley and The Wailers
    Released : March 23, 1978
    Recorded : Island Studios, London, January – April 1977
    Genre : Reggae
    Length :   36:59
    Label : Tuff Gong / Island
    Producer : Bob Marley & The Wailers

    TRACK :
    01. "Easy Skanking" – 2:53
    02. "Kaya" – 3:15
    03. "Is This Love" – 3:52
    04. "Sun Is Shining" – 4:58
    05. "Satisfy My Soul" – 4:30
    06. "She's Gone" – 2:25
    07. "Misty Morning" – 3:32
    08. "Crisis" – 3:54
    09. "Running Away" – 4:15
    10. "Time Will Tell" – 3:31
              ...D O W N L O A D...





  • Survival (1979)


    Survival  adalah album roots reggae oleh Bob Marley & The Wailers dirilis pada tahun 1979.
    S
    urvival adalah sebuah album dengan tema luar militan. Beberapa berspekulasi bahwa ini karena sebagian kritik Marley menerima untuk suasana santai, ganja-direndam rilis sebelumnya, "Kaya", yang tampaknya sidetrack urgensi pesannya. Dalam lagu "Africa Unite", Marley menyatakan solidaritas "Pan-Afrika". Lagu "Zimbabwe" adalah sebuah himne didedikasikan untuk kemudian-independen Rhodesia. Lagu itu dilakukan pada Perayaan Kemerdekaan Zimbabwe pada tahun 1980, hanya setelah deklarasi resmi kemerdekaan Zimbabwe. "Zimbabwe" dipandang sebagai lagu nasional tak resmi.
                  Survival
    awalnya disebut kelangsungan hidup Hitam untuk menggarisbawahi urgensi persatuan Afrika, tapi nama itu disingkat untuk mencegah salah tafsir dari tema album. Marley awalnya direncanakan untuk rilis "Survival" sebagai bagian pertama dari "trilogi", diikuti dengan "Pemberontakan" pada tahun 1980 dan "Konfrontasi" pada tahun 1983.

                Di Afrika Selatan album ini sebagian disensor oleh pemerintah.
    Studio album by Bob Marley & The Wailers
    Released : October 2, 1979
    Recorded : January – February 1979, Tuff Gong Recording Studio, Kingston, Jamaica
    Genre : Reggae
    Length 38:02 (Original)
    44:25 (2001 Remasters)
    Label : Island / Tuff Gong
    Producer : Bob Marley & The Wailers, Alex Sadkin

    TRACK :
    1. "So Much Trouble in the World" – 4:00
    2. "Zimbabwe" – 3:51
    3. "Top Rankin'" – 3:11
    4. "Babylon System" – 4:21
    5. "Survival" – 3:54
    6. "Africa Unite" – 2:55
    7. "One Drop" – 3:51
    8. "Ride Natty Ride" – 3:51
    9. "Ambush in the Night" – 3:14
    10. "Wake Up and Live" (Marley/Anthony "Sangie" Davis) – 5:00
              ...D O W N L O A D...





  • Uprising (1980)

    Uprising adalah album reggae 1980 oleh Bob Marley & The Wailers. Sebagai Marley meninggal pada tahun berikutnya, Uprising adalah untuk menjadi album studio terakhir yang akan dirilis selama hidupnya. Album ini adalah salah satu yang paling Marley langsung agama, dengan hampir setiap lagu menangani "Rastafarian"-nya keyakinan, yang berpuncak pada rakyat akustik  klasik , "Redemption Song".
    Studio album by Bob Marley & The Wailers
    Released : June 10, 1980
    Recorded : January – April 1980, Tuff Gong Studios, Kingston, Jamaica
    Genre : Reggae
    Length :   35:53
    Label : Tuff Gong / Island

    TRACK :
    01. "Coming in from the Cold" – 4:33
    02. "Real Situation" – 3:10
    03. "Bad Card" – 2:52
    04. "We and Dem" – 3:16
    05. "Work" – 3:42
    06. "Zion Train" – 3:34
    07. "Pimper's Paradise" – 3:26
    08. "Could You Be Loved" – 3:56
    09. "Forever Loving Jah" – 3:51
    10. "Redemption Song" – 3:49
              ...D O W N L O A D...





  • Confrontation (1983)


    Confrontation
    adalah album roots reggae oleh Bob Marley & The Wailers, dirilis secara anumerta pada Mei 1983, dua tahun setelah kematian Marley. Lagu-lagu di album ini dikumpulkan dari materi yang belum pernah dirilis dan single direkam selama seumur hidup Marley. Lagu yang paling terkenal pada album ini adalah "Buffalo Soldier". Di dalam lengan album penggambaran seorang artis dari "Pertempuran Adowa" di mana pasukan Ethiopia  mengalahkan Italia pada 1896. Sampul Confrontation adalah referensi ke kisah "St George and the Dragon". The Dargon di sampul mewakili Babylon, yang sedang dibunuh oleh Bob Marley melalui musik.
    Studio album by Bob Marley & the Wailers
    Released May 23, 1983
    Recorded April – May 1980, Tuff Gong Studios, Kingston, Jamaica
    Genre : Reggae
    Length 37:47
    Label : Tuff Gong / Island
    Producer : Bob Marley & the Wailers and Errol Brown, Rita Marley (executive producer)

    TRACK :
    01. "Chant Down Babylon" – 2:36
    02. "Buffalo Soldier" (Bob Marley, Noel G. "King Sporty" Williams) – 4:15
    03. "Jump Nyabinghi"- 3:43
    04. "Mix Up, Mix Up" – 5:02
    05. "Give Thanks and Praises" – 3:15
    06. "Blackman Redemption" (Bob Marley, Lee Perry) – 3:33
    07. "Trench Town" – 3:12
    08. "Stiff Necked Fools" – 3:25
    09. "I Know" – 3:20
    10. "Rastaman Live Up!" (Bob Marley, Lee Perry) – 5:23
              ...D O W N L O A D...